Sabtu, 01 Oktober 2016

Tentang Pilkada Dan Perang Buta


(Diskusi Dua Pria Kampung)

“Kisah ini hanyalah sebuah fiksi. Bila ada nama, dan tempat kejadian sama dengan ceritera ini, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka,”

Iklim politik terasa memanas, para kandidat calon dan seluruh tim sukses mulai mencari celah untuk saling menjatuhkan, menyerang pada pribadi bukan mendebatkan program. Mirisnya, kampanye hitam itu seakan menebar racun pada tubuh sendiri.
Ibarat seekor sapi buta yang berlari di tengah keramaian dan menabrak apa saja yang menghadang.

Perang buta yang terutama di mainkan para tim sukses yang selalu sukses meski jagoannya tak sukses itu, mendapat sorotan dari dua pria kampung pedalaman di kadipaten palsu. Siapa lagi kalau bukan Anis dan Anus.

Dalam sebuah diskusi di senja hari di temani secangkir kopi, Anus bertanya pada Anis tentang pendapatnya terhadap Pilkada di kadipaten mereka. Menurut Anus, kondisi politik yang memanas itu akibat para calon tidak memiliki strategi yang baik. Ingin menaikan elektabilitas mereka dengan cara instan. Anus juga menilai, para calon dalam perang politik merebut kursi panas bupati menggunakan strategi membangun rumah, ala rakyat kecil.

“Seperti kita mau bangun rumah dengan biaya yang pas-pasan. Jadi pertama cicil bangun pondasi, lalu setahun atau dua tahun berikut sambung naikan tembok, dan terakhir di atap. Nanti finishingnya setelah pilkada. Itu menurut pendapat saya, tetapi bagaimana dengan kau punya pendapat Anis?” tanya Anus.

“Benar...saya juga lihat begitu. Menurut saya, sebenarnya cita-cita Pilkada kali ini adalah menggeser kekuasaan. Jadi mestinya semua paket yang ada terutama paket non inkamben harusnya bisa mengevaluasi kekuatan, tim harus bisa diarahkan untuk berdiskusi dengan paket lain untuk menentukan siapa lawan sesungguhnya dalam Pilkada ini. Jangan karena semua kandidat, sehingga merasa yang lain adalah lawan. Ini yang menurut saya, mereka tidak cerdas dalam berpolitik,” sambung Anis, sambil meneguk kopi.

Sejenak terlihat kedua pria kampung itu menarik nafas dalam, dan menyandarkan bahu pada sandaran kursi masing-masing. Anus terlihat gelisah, dia cemas kalau perang buta ini akhirnya membawa kembali manusia bejat sang pemimpin sebelumnya. Setidaknya dalam pikiran pria petani itu,  jika si bejat kembali berkuasa, maka apa jadinya kampung tempat darah pertamanya menyentuh bumi? Sudah hancur akan semakin lebur.

Segala macam hal negatif berkecamuk dalam pikiran dua lelaki kampung itu. “ Ah..Anus kawanku. Sekarang kita mesti mengingatkan para tim yang mengaku bisa membuat kandidat calon bupati menjadi sukses itu, bahwa jika Pilkada adalah perang strategi, Pilkada adalah perang program, dan pilkada adalah perang untuk merebut kekuasaan. Karena itu mereka harus cerdas berpolitik. Gugah hati rakyat dengan cara santun dan Hentikan kampanye hitam. Mereka yang mengaku kaum perubahan harus bisa menentukan siapa yang akan menjadi lawan bersama. Para kandidat harus bisa mengingatkan tim untuk tidak ego, jika dukungan melemah sebaiknya berhenti kerja untuk diri sendiri, lalu beralih memberi dukungan pada calon yang lebih punya peluang untuk menang. Ini tugas kita teman. Tugas kita orang kampung yang bodok ini untuk ingatkan mereka yang mengaku pintar, para tim yang mengaku paling punya pengaruh itu,” ujar Anis memberi usul pada Anus sahabatnya.

“Anis, kau benar. Saya setuju. Kita biar orang kampung tetapi jangan menyerah. Kesulitan hidup kita yang alami, maka tugas kita untuk ingatkan mereka para kandidat calon bupati dan wakil bupati, juga para tim pendukungnya,” sambung Anus

Diskusi kedua sahabat kampung itu semakin seruh, rupanya dua lelaki kampung itu telah menemukan jalan, dan akhirnya bersepakat untuk segera mengambil langkah. Bagi mereka, pemimpin yang lahir kelak, adalah pemimpin yang benar-benar memiliki misi perubahan dan sudah pasti pro rakyat.

“Okei kawan...paling tidak dengan kondisi ini saya mau sampaikan begini, bahwa para kandidat ini sudah bersetubuh saat mereka melamar ke Partai Pengusung, dan mereka orgasme saat muncul sebagai calon. Hehehe, ini salah kawan. Persetubuhan baru terjadi pada saat Pilkada, dan orgasme sesungguhnya adalah kemenangan yang membawa dampak perubahan. Situasai sekarang, adalah situasi untuk memberi rangsangan...,”

Dua sahabat yang asyik menikmati kopi senjah itu tiba-tiba tergelak.  Anis pria kampung nan bijak itu selalu menggoda Anus sahabatnya dengan kalimat-kalimat seks, membuat diskusi mereka semakin menarik untuk disimak.

Wangatoa, 1/10/2016
Oleh : Yogi Making







Tidak ada komentar:

Posting Komentar