(Diskusi Dua Pria Kampung)
“Kisah ini
hanyalah sebuah fiksi. Bila ada nama, dan tempat kejadian sama dengan ceritera
ini, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka,”
Iklim
politik terasa memanas, para kandidat calon dan seluruh tim sukses mulai
mencari celah untuk saling menjatuhkan, menyerang pada pribadi bukan
mendebatkan program. Mirisnya, kampanye hitam itu seakan menebar racun pada
tubuh sendiri.
Ibarat
seekor sapi buta yang berlari di tengah keramaian dan menabrak apa saja yang
menghadang.
Perang buta
yang terutama di mainkan para tim sukses yang selalu sukses meski jagoannya tak
sukses itu, mendapat sorotan dari dua pria kampung pedalaman di kadipaten
palsu. Siapa lagi kalau bukan Anis dan Anus.
Dalam sebuah
diskusi di senja hari di temani secangkir kopi, Anus bertanya pada Anis tentang
pendapatnya terhadap Pilkada di kadipaten mereka. Menurut Anus, kondisi politik
yang memanas itu akibat para calon tidak memiliki strategi yang baik. Ingin
menaikan elektabilitas mereka dengan cara instan. Anus juga menilai, para calon
dalam perang politik merebut kursi panas bupati menggunakan strategi membangun
rumah, ala rakyat kecil.
“Seperti
kita mau bangun rumah dengan biaya yang pas-pasan. Jadi pertama cicil bangun
pondasi, lalu setahun atau dua tahun berikut sambung naikan tembok, dan
terakhir di atap. Nanti finishingnya setelah pilkada. Itu menurut pendapat
saya, tetapi bagaimana dengan kau punya pendapat Anis?” tanya Anus.
“Benar...saya
juga lihat begitu. Menurut saya, sebenarnya cita-cita Pilkada kali ini adalah
menggeser kekuasaan. Jadi mestinya semua paket yang ada terutama paket non
inkamben harusnya bisa mengevaluasi kekuatan, tim harus bisa diarahkan untuk
berdiskusi dengan paket lain untuk menentukan siapa lawan sesungguhnya dalam
Pilkada ini. Jangan karena semua kandidat, sehingga merasa yang lain adalah
lawan. Ini yang menurut saya, mereka tidak cerdas dalam berpolitik,” sambung
Anis, sambil meneguk kopi.
Sejenak
terlihat kedua pria kampung itu menarik nafas dalam, dan menyandarkan bahu pada
sandaran kursi masing-masing. Anus terlihat gelisah, dia cemas kalau perang
buta ini akhirnya membawa kembali manusia bejat sang pemimpin sebelumnya. Setidaknya
dalam pikiran pria petani itu, jika si
bejat kembali berkuasa, maka apa jadinya kampung tempat darah pertamanya
menyentuh bumi? Sudah hancur akan semakin lebur.
Segala macam
hal negatif berkecamuk dalam pikiran dua lelaki kampung itu. “ Ah..Anus
kawanku. Sekarang kita mesti mengingatkan para tim yang mengaku bisa membuat
kandidat calon bupati menjadi sukses itu, bahwa jika Pilkada adalah perang
strategi, Pilkada adalah perang program, dan pilkada adalah perang untuk
merebut kekuasaan. Karena itu mereka harus cerdas berpolitik. Gugah hati rakyat
dengan cara santun dan Hentikan kampanye hitam. Mereka yang mengaku kaum
perubahan harus bisa menentukan siapa yang akan menjadi lawan bersama. Para
kandidat harus bisa mengingatkan tim untuk tidak ego, jika dukungan melemah
sebaiknya berhenti kerja untuk diri sendiri, lalu beralih memberi dukungan pada
calon yang lebih punya peluang untuk menang. Ini tugas kita teman. Tugas kita
orang kampung yang bodok ini untuk ingatkan mereka yang mengaku pintar, para
tim yang mengaku paling punya pengaruh itu,” ujar Anis memberi usul pada Anus
sahabatnya.
“Anis, kau
benar. Saya setuju. Kita biar orang kampung tetapi jangan menyerah. Kesulitan
hidup kita yang alami, maka tugas kita untuk ingatkan mereka para kandidat
calon bupati dan wakil bupati, juga para tim pendukungnya,” sambung Anus
Diskusi
kedua sahabat kampung itu semakin seruh, rupanya dua lelaki kampung itu telah
menemukan jalan, dan akhirnya bersepakat untuk segera mengambil langkah. Bagi
mereka, pemimpin yang lahir kelak, adalah pemimpin yang benar-benar memiliki
misi perubahan dan sudah pasti pro rakyat.
“Okei kawan...paling
tidak dengan kondisi ini saya mau sampaikan begini, bahwa para kandidat ini
sudah bersetubuh saat mereka melamar ke Partai Pengusung, dan mereka orgasme
saat muncul sebagai calon. Hehehe, ini salah kawan. Persetubuhan baru terjadi
pada saat Pilkada, dan orgasme sesungguhnya adalah kemenangan yang membawa
dampak perubahan. Situasai sekarang, adalah situasi untuk memberi
rangsangan...,”
Dua sahabat yang
asyik menikmati kopi senjah itu tiba-tiba tergelak. Anis pria kampung nan bijak itu selalu
menggoda Anus sahabatnya dengan kalimat-kalimat seks, membuat diskusi mereka
semakin menarik untuk disimak.
Wangatoa,
1/10/2016
Oleh : Yogi
Making
Tidak ada komentar:
Posting Komentar