![]() |
Elias Kaluli Making (Yogi Making) |
Saya memahami pernyataan mantan Ketua MK itu begini, kadang
tindakan (keputusan) benar secara aturan, tetapi secara moral masih
dipertanyakan. Yah.. omong tentang pertimbangan moral dalam satu
keputusan/kebijakan, bukan sekedar datang dari satu pihak, terutama pihak yang
berkuasa, tetapi juga sangat ditentukan oleh orang-orang disampingnya, termasuk
pula yang kemudian menjadi penerima mandat atau yang menjadi pelaksana atas
keputusan/kebijakan.
Sampai disini saya juga teringat akan sebuah artikel yang
ditulis oleh Sosiolog Universitas Indonesia asal kota Renya, Larantuka. Dr.
Ignas Kleden, berjudul “Pemimpin Panutan
atau Pemimpin Demokrastis” Melalui artikel yang terbit di SKH Kompas (kalau
saya tidak salah ingat) Ignas Kleden bilang begini :
“Pemimpin yang baik harus diandaikan bisa melakukan
kesalahan, tetapi dia harus siap untuk dikoreksi. Legitimasinya lebih terjamin
kalau dia mempunyai moral courage untuk mengakui kesalahannya, memperbaikinya,
dan bersedia menerima sanksi akibat kesalahan tersebut. Jalan ini jauh lebih
menguntungkannya secara politik daripada kalau dia berkelit dengan berbagai
dalih bahwa dia tak melakukan kesalahan apa pun. Terhadap godaan penyelewengan
kekuasaan, kita tidak mengharapkan bahwa seorang pemimpin akan demikian teguh
hatinya dan demikian saleh jiwanya sehingga sanggup mengatasi godaan
penyelewengan dengan kekuatannnya sendiri,”
Pendapat dua tokoh ini memang menarik untuk disimak, tetapi
harus diakui bahwa sangat sulit untuk dipraktekkan. Akan sangat sulit bagi
seseorang (tidak hanya pemimpin) yang secara terbuka dan berani mengakui
kesalahan.
Mengenai hal yang terakhir ini, Dr. Ignas juga menulis
bahwa “Kecenderungan orang untuk
memperbesar dirinya jauh lebih kuat daripada kemampuannya membatasi diri, dan
kecenderungan membenarkan diri juga berkali-kali lebih besar dari kemampuannya
mengritik dan mengawasi dirinya.
Yah, harus kita akui bahwa godaan untuk menyelewengkan
sedikit kuasa yang kita punya, selalu ada, dan biasanya datang dari orang-orang
disamping kita, mereka mungkin orang-orang dekat. Mungkin keluarga, dan bisa juga
teman-teman dekat. Mereka, yang seringkali tampil pasang badan untuk membela,
dan mencari alasan pembenar atas sebuah tindakan moral kita yang keliru, adalah
orang-orang yang paling mungkin menggoda kita untuk jatuh pada kesalahan.
Dan saya pikir, jika setiap kita selalu mengadaikan diri
bahwa, kapan saja kita bisa tergoda untuk jatuh dalam sebuah kesalahan, maka
baiklah kita membiarkan diri untuk diawasi, beri ruang pada orang lain untuk
mengrkritik, sambil kita berbenah untuk memperbaiki kesalahan. Toh, membela
diri/membuat alasan pembenar hanyalah cara untuk kita terus berada dalam
lingkaran kesalahan.
Terhadap sesama, kerabat, keluarga atau yang dekat, akan
lebih baik kita saling menjaga. jangan takut menegur bila sodaramu melakukan
kesalahan (fraternal corecction), agar sodara kita tidak jatuh. Semoga
Berkenan. (Yogi Making)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar