Minggu, 27 Maret 2016

Abdi Ulat Daun



Wangatoa, Rabu 23/3/2016

Bukan rahasia kalau banyak pejabat atau Abdi asal Kadipaten Palsu bertingkah bak ulat daun, apalagi, kalau bukan memakan daun muda, bahkan bila kebelet daun tua atau setengah mateng terpaksa di embat. Makhlum, nafsu memuncak hingga ke ubun-ubun. 

Dan ternyata, perubahan perilaku para pejabat itu menimbulkan kerusakan moral dan penghacuran nilai budaya yang luar biasa besarnya.

Hasil penelitian sebuah lembaga ternama di negeri itu menyebutkan, apabila daun muda tak berhasil di dapat, terpaksa daun tuah/setengah mateng mereka embat. Diketahui juga kalau banyak istri/ibu menyusui terpaksa menjual air susu (ASI) kepada para pria beduit yang tak lain adalah kalangan pejabat. Suami mengganggur, tak bisa membeli makanan karena panenan gagal total, tanaman pertanian mati dampak dari kemarau panjang.

Kondisi keuangan keluarga yang sulit itu, memaksa para wanita/ibu muda untuk turun jalan (cari kerja). Mencari kerja di Negeri Palsu sulit. Peluang kerja sangat susah, apalagi mencari kerja ke kantoran. Di sana di negeri yang berjuluk negeri pejabat bangsat itu, orang yang bisa mendapat kerja adalah yang punya hubungan dekat dengan pejabat. Misalnya, hubungan kekeluargaan, sampai hubungan perselingkuhan.

Peluang kerja yang sempit ini, membuat banyak pencari kerja menghalalkan segala cara. pemberi kerjapun kadang melihat ini sebagai peluang untuk mendapatkan sesuatu yang nikmat dari para pencari kerja. Tak heran, banyak diantara pencari kerja terpaksa memberi diri seutuhnya agar dicicipi sang Abdi bangsat itu.
  
Lembaga yang melakukan penelitian juga mengumumkan bahwa, perilaku ulat daun itu bak virus kolera yang terus menyebar dan menjangkit hingga ke warga kebanyakan dan tak ketinggalan kaum generasi mudanya.

Di negeri itu, makan bersama dengan menu daun muda di campur daun setengah matang adalah lumrah. Terungkap juga dalam penelitian itu, bila para Abdi yang ingin program mereka tidak di pangkas oleh Dewan Pertimbangan maka daun muda adalah hadiahnya.

Abdi pemerintahan di negeri itu sangat fasih dalam memainkan jurus jinak menjinakan, termasuk jurus menjinakan Anggota Dewan Pertimbangan yang di kenal kritis. Dan benar terbukti, virus ulat daun berhasil membuat tumpul otak beberapa Dewan Pertimbangan.

Anggota Dewan Pertimbangan yang berhasil jinak di ketahui sering bertandang ke rumah Bupati. Biasanya datang malam hari dan masuk melalui pintu belakang. (soalnya kalau dari depan, takut ketahuan)...goblok amat yah....wkwkwkwkw.

Aksi makan/memakan daun muda tak perlu jauh-jauh. Cukup dengan menyewah kamar lokalisasi, atau bisa juga dengan menyewa kamar hotel (kalau yang ini biasanya untuk menjaga gengsi), tetapi lebih sering mereka, (para pejabat di Kadipaten Palsu itu) merayakan pesta nikmat selangkangan kalau sedang bertugas ke luar Kadipaten. Pokoknya negeri palsu, tempat hidup para pejabat bangsat itu tidak hanya terkenal karena korupsinya, dalam hal kerusakan moral lainpun dapat dilihat dengan kasat mata.

Waduh parah brooooo.....? bila ini terus di pertahankan, lalu bagaimana dengan nasib generasi muda kedepan?? Komentar Ina Lila istri Anis warga pedalaman Kadipaten Palsu. (Yogi Making)

Catatan : kisah ini hanyalah sebuah hayalan penulis, jika ada kejadian yang sama dalam dunia nyata itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. Selamat membaca, semoga memberi hikmah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar