Minggu, 15 Mei 2016

Angka Delapan Itu Pelcur Politik?

Catatan : Ceritera ini hanyalah sebuah khayalan penulis. Bila ada nama, tempat dan kejadian yang sama dengan yang ada dalam ceritera ini, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka.

Anis, menyebut nama yang satu ini tentu tidak asing bagi warga di Kadipaten Palsu. Tokoh utama dalam fiksi tentang kadipaten palsu itu, di kenal sebagai orang yang cendrung berpikir tentang hal-hal besar dari hal sepele.

Gbr.By Google.com
Dari hal sepele? Yah...lagian untuk apa juga Anis yang hanyalah seorang warga petani dengan tingkat pendidikan yang di golongkan jauh dari kata tinggi itu harus ribet berpikir soal ekonomi, budaya, politik atau hukum. Sebagai petani Anis tak memiliki kapasitas untuk itu, apalagi di kadipaten tempat tinggalnya sudah banyak orang yang mengaku hebat, punya posisi penting di pemerintahan dan politik. Dari sisi pendidikan, manusia-manusia hebat itu rata-rata berpendidikan sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari menara evel di Prancis.

“Mending mikirin sex. Sex itu nikmat, mau bolak balik seperti apapun selalu enak. Apalagi dipraktekkan langsung, Iya khan? jadi kalo sampai ada yang bilang tidak nikmat, wah...hehehe, harus periksakan diri ke psikiater tuh, barangkali saja punya kelainan,” demikian Anis menjawab Anus sahabatnya yang kebetulan bertanya soal kecendrungan Anis menggunakan filosofi sex untuk urusan politik dan hukum.

“Mungkin kau benar kawan, tapi cara berpikirmu itu membuat banyak orang merasa tidak nyaman. Saat mendengar ucapanmu soal sex, kadang membawa orang kedalam pikiran jorok, bahkan ada yang berpendapat ucapanmu sangat kasar,” bantah Anus.

“Anus, semua orang hebat di kadipeten ini sekolah tinggi, termasuk kau kawan. Tapi kenapa cara pandang kalian hanya sejauh jangkauan tangan? Orang seperti kalian suka memikirkan hal besar, dengan strategi besar, dan rumit tak mampu kalian capai. Semua orang menemukan jalannya masing-masing. Dan saya menemukan jalan saya lewat sex, tidak suka omong politik, tetapi saya lebih senang membayangkan tentang masalah hubungan sex orang-orang yang mengaku pintar, orang-orang yang katanya pejabat, yang katanya elit politik. Sex itu berpengaruh kepada keadaan psikologis seseorang, pejabat sekalipun itu. coba kau pikirkan baik-baik kawan, apa yang terjadi jika orang-orang besar yang katanya sekolah tinggi-tinggi itu tidak mendapatkan kepuasan saat berhubungan sex? Apakah mereka mempunyai ketenangan saat membuat keputusan? Dan jangan-jangan karena itu juga yang menyebabkan terjadinya kasus korupsi? Hehehe...saya juga berpikir, jangan-jangan karena kesibukan yang sengaja mereka buat-buat itu menyebabkan hubungan sex dengan pasangan mereka menjadi terganggu. Mereka kesepian, dan akibat banyaknya pejabat kita yang kesepian, maka lahirkan pelacur politik?”
“Ah..masa iya sampe sebegitunya? Masa orang elit mau jadi pelacur. Kau ini ada-ada saja Anis,” bantah Anus lagi.
“Iyalah...istilah pelcuran itu tidak saja ada di dunia prostitusi, tapi juga di politik. Kau tau, munculnya masalah pelacuran di negeri ini, salah satunya juga karena alasan ekonomi. Para pelacur itu “menjual dirinya” untuk uang. Begitu juga dengan pelacur politik. Mereka itu bisa saja sedang menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Kadipaten (DPK), atau juga elit partai. Pelacur politik itu tau betul, kalau pejabat sedang bermasalah dengan orgasmenya. Kondisi inilah, membuat sang pelacur politik menceburkan diri kedalam kekuasaan dengan imbalan uang. Tugas mereka pun tidak berat. Hanya membela, melogiskan apa yang menurut pandangan umum tidak logis. Kau lihat saja, sahabat kita yang dulu pintar omong itu, yang itu loh....yang di DPK itu, berani pukul meja, bahkan ancam walk out dari ruang sidang, gara-gara argumentasi untuk membela penguasa di tolak rapat DPK,” jelas Anis.

“hahaha...hus, kau itu omong teman sendiri. Ah...tapi, jadi manusia dengan kelakuan seperti angka delapan itu, di golongkan sebagai pelacur politik. Yah...kau benar juga. Dia memang pelacur, maksud saya dia memang pelacur politik. Hahahaha...” sambung Anis di selingi tawa ringan menjadikan diskusi dua sahabat itu semakin seruh.

“Eh..kenapa kau sebut dia dengan angka delapan? “ Anis balik bertanya kepada Anus yang menyebut pelacur politik ibarat angka delapan.

“Begini kawan...kau ini cerdas, tapi kadang buat diri bodok e?. Angka delapan itu, terbelit dan kita tidak tau dimana ujungnya. Angka delapan itu lebih buruk dari benang kusut,” jelas Anus, sekaligus mengkritik Anis.   

“hahahaha...yah..ya, saya mengerti. Hahaha...tapi jangan begitulah, kau ini kan pemimpin partai. Kalian bedua itu hidup dalam satu dunia, dan kami mengenal kalian sebagai politisi. Hahahah..Jadi kalau kau susah uang, maka kau tinggal lamar jadi pelacur politik. Dapat duit banyak, bangun rumah dan bisa kawin lagi. hahahahahahaha” Sambung Anis yang balik mengkritik Anus.

Jawaban Anis yang tak kalah seruh itu, bukan membuat Anus tersinggung, sahabat Anis itu malah menyambut ejekan dengan tawa.yah..Dua sahabat itu memang sudah saling kenal, karena itu walau saling mengkritik tak pernah sekalipun salah dari mereka tersinggung. Soal ejekan, keduanya berpendapat kalau itu adalah bumbu dalam menjalin pertemanan diantara mereka.
Lewoleba, 15 Mei 2016
Yogi Making



Tidak ada komentar:

Posting Komentar