Catatan : Ceritera
ini hanyalah sebuah khayalan penulis. Bila ada nama, tempat dan kejadian yang
sama dengan yang ada dalam ceritera ini, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka.
Soal gagasan, Anis, pria sederhana dari kampung pedalaman di Kadipaten Palsu selalu punya ide cemerlang. Pria petani ini di tokohkan bukan karena kemampuan ekonominya, juga bukan karena jabatan politik, tapi karena kemampuan berpikir dan kuatnya komitmen perjuangan dalam membela hak rakyat.
Ceritera kali ini soal Anis di datangi wartawan salah satu
media massa nasional. Andri, demikian wartawan itu memperkenalkan diri. Kepada
Anis, Andri menuturkan kalau dirinya di tugaskan redaksi untuk mengamati secara
langsung perkembangan politik menuju perebutan kursi orang nomor 1 di Kadipaten
Palsu.
![]() |
Gbr. by Google.com |
Andri juga tau, kalau di kadipaten itu sudah banyak orang
yang menyatakan sikap untuk maju, bahkan sudah pula mendaftarkan diri ke
partai-partai pengusung. Latar belakang setiap bakal calon bupati maupun wakil
bupati pun beda-beda, ada dari kalangan birokrasi, ada politisi, ada pengusaha,
akademisi, juga dari kalangan aktivis. Dan tentu, dari sisi kriteria semua
calon pemimpin yakin sudah memenuhi syarat, baik itu syarat berdasarkan
undang-undang, juga syarat-syarat lain yang di tetapkan Partai.
Namun apakah sudah cukup dengan syarat legal formal, atau
rakyat justru punya syarat lain? Pertanyaan inilah yang membawa Andri menemui
Anis, tokoh netral yang sangat di kenal sebagai pejuang keadilan di Kadipaten
Palsu.
Andri : Pak Anis... saya ingin mendengar pendapat anda
mengenai perhelatan politik menuju perebutan kursi nomor 1 di kadipaten ini.
Anis : Aroma Politik lima tahunan ini sudah tercium sampai
ke desa-desa. Sebagai orang independen saya melihat bahwa pemilihan calon
pemimpin kali ini, jauh berbeda dari periode sebelumnya. Beda bukan soal figur
calon, tapi soal harapan, soal mimpi rakyat dan semua komponen yang terlibat
dalam proses politik ini. Yah...lebih hati-hati untuk memutuskan pilihan,
karena kami tidak ingin kembali tertipu oleh kepalsuan sang calon. Kesalahan
politik masa lalu itu sudah di bayar mahal, dan harus di perbaiki pada periode
ini. Politik ibarat berdagang, karena itu saya berharap Partai tidak menjual
barang palsu untuk di beli rakyat.
Andri : Ok..terimakasih, menurut saya pendapat anda ini
adalah sebuah warning bagi semua pihak, termasuk para kandidat calon. Saya
tidak ingin membahas kriteria calon sesuai syarat formal, dan saya yakin anda
punya kriteria sendiri, bisa jadi kriteria anda menjadi rujukan bagi rakyat
pemilih umumnya.
Anis : (tertawa kecil sebelum menjawab wartawan) hhh....yah,
tentu saya punya kriteria sendiri. Tapi kriteria saya pun tidak sulit,
sederhana tapi butuh komitmen dari pribadi para kandidat calon. (kembali
tertawa). Hhhhhh..
Jawaban yang di dahului dengan sedikit tawa, menimbulkan
rasa penasaran. Dan...
Andri : Apa saja syarat yang anda sebut sebagai syarat yang
sederhana itu? kejar wartawan lagi.
Anis : Yah...sederhana. Tidak ada yang muluk-muluk, banyak
teori soal pemimpin yang baik . tapi menurut saya, sulit untuk dilakukan. Bagi
saya seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau belajar dari alat
vital laki-laki.
Andri sang jurnalis itu kaget, tidak pernah terbayang sebelumnya
kalau tokoh sekaliber Anis, mengarahkan
orang, apalagi para calon pemimpin yang adalah kaum terpelajar untuk berpikir tentang
cara memimpin dari cara pandang sex. Namun di sisi lain, naluri sang jurnalis
ini selalu ingin tahu ada apa di balik Mr. P itu sehingga pemimpin harus
belajar padanya.
Andri : lho, kog belajar ke Mr. P pak Anis.
Anis : hehehe...saya tau anda akan kaget dengan jawaban
saya. mungin anda tidak menduga, kalau saya sampai mengajak anda ke arah itu,
dan saya harap anda tidak berpikir ke hal porno, lalu kenapa Mr. P? Ini
penjelesan lengkapnya. Ujar Anis.
- Mr. P tidak pernah menonjolkan diri, tapi dia akan tampil paling depan saat dibutuhkan. Dalam hal korupsi misalnya, sang pemimpin harus berdiri terdepan menghunus pedang melawan korupsi. Jangan seperti pemimpin sekarang, kampanye bilang lawan korupsi tapi saat terpilih, minta fee dari kontraktor, hanya mampu menghabiskan uang daerah untuk jalan dan tidak tahu apa hasilnya untuk rakyat.
- Mr. P mengerti kapan saatnya keras, kapan saatnya menahan diri, coba anda perhatikan pemimpin saat ini, terlalu tamak akan kekuasaan, tidak dapat menahan diri dari godaan-godaan kekuasaan. Memperlakukan para Abdinya semena-mena. Yang benar di buat salah dan salah di buat benar
- Ada lagi, Mr. P menciptakan pergesekan namun hasil akhirnya membahagiakan semua pihak yang terkena gesekan. Artinya pemimpin harus mampu menghadirkan kebahagian bagi rakyatnya, bukan memanfaatkan posisinya untuk meraih kebahagiaan pribadi, keluarga juga kroni-kroninya. Istilah saya sih...hanya ingin bermastrubasi, padahal rakyat ingin bersetubuh dan mencapai orgasme secara bersama.
- Mr. P menyerang pihak lawan (melakukan penetrasi dan infiltrasi) namun tetap memberikan kenyamanan. Beda dengan pemimpin disini yang jika menyerang lawan, belum berhenti kalo lawan belum susah, dipenjara, bahkan mati. Naluri membunuh sang pemimpin disini sangat tinggi, segala cara di lakukan termasuk membayar penegak hukum. Itu salah, idealnya dalam politik adalah, lawan harus bisa di bawa menjadi kawan, tentu untuk sebuah capaian perubahan postif secara bersama-sama.
- Mr. P tidak sombong dan besar kepala, tetapi justru merendah dengan mengecilkan diri apabila sukses menyelesaikan misi dan mencapai target. Hehehe..., secara peribadi pemimpin juga harus punya alat ukur sendiri, dan tau diri. Memang klaim keberhasilan dalam politik adalah hal biasa, tetapi jangan asal klaim.
- Dan yang penting juga adalah, Mr. P mampu menciptakan generasi baru sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan di daerah. Setidak-tidaknya mampu memberi contoh yang baik, agar generasi penerus calon pemimpin menjadikan sang pemimpin itu sebagai tempat belajar. Cara memimpin yang baik itulah yang paling bisa di tularkan kepada generasi yang baru.
Jawaban Anis membuat Andri mengangguk-angguk kepala tanda
sepakat. Dalam hati, wartawan itu mengakui kecerdasan pria kampung itu.
Wangatoa, 10 April 2016
Yogi Making
Tidak ada komentar:
Posting Komentar