Sabtu, 04 Desember 2021

Hidup Dalam Tulisan Seperti Ada Saat Tiada

Elias Kaluli Making

Verba volant, scripta manent, adalah peribahasa latin yang secara harafiah berarti, “kata-kata lisan akan terbang, sementara tulisan menetap” inilah mengapa saya menulis. Menulis bagi saya adalah cara untuk menumpahkan gagasan kedalam deretan kalimat, entah melalui kalimat-kalimat pendek, atau melalui narasi panjang dan utuh, dengan tujuan tertentu. Bisa dalam bentuk ulasan ceritera fiksi, puisi, dan banyak juga ide tertuang dalam bentuk esai atau sekedar kalimat pendek dalam status facebook.

Melalui tulisan, saya menyampaikan padangan yang bersifat argumentasif dan subjektif tentang sebuah topik atau sebuah kejadian yang sedang didiskusikan banyak orang, dan banyak tulisan saya juga menggambarkan tentang keadaan alam, tentang cinta, atau tentang pengalaman pribadi. Pokoknya saya menulis karena saya suka, dan asal ada ide yang masuk di kepala pasti saya tuangkan dalam tulisan.

Karena menulis tidak semata untuk diri sendiri, tetapi bisa untuk dibaca orang lain, maka sebuah tulisan, menurut saya, bukan tentang apa yang saya bicarakan, tetapi bagaimana cara saya membicarakan sesuatu. Cara menyampaikan sesuatu adalah pilihan, bisa dengan gaya formal, boleh juga dengan gaya nonformal. Membaca tulisan bukan sekedar membaca narasi dan pesan yang terkandung, tetapi juga membaca penulisnya. Karena setiap tulisan mengambarkan karakter penulisnya. Pada titik inilah penulis harus bisa menarasikannya gagasan dengan baik, agar pembaca menangkap isi pesan dan tentu membawanya lebih dekat kepada yang menulis.

Bisa menulis, itu anugerah. Dan Syukur pada Tuhan untuk talenta indah ini, terimakasih buat Orang Tua, Istri dan Anak-Anak, juga terimaksih saya buat semua orang yang memberi ruang dan mendukung saya. Iya, setiap kita dianugerahkan talenta berbeda. Ada banyak orang yang pintar beragumentasi, tetapi harus diakui juga bahwa tidak semua orang bisa menyampaikan pandanganya melalui tulisan, apalagi menulis untuk dibaca orang lain.

Teks Membawa Pulang Dari Tiada Kepada Ada Yang Tiada

Meski masih jauh untuk disebut sebagai penulis profesional, tetapi untuk setiap penulis pasti menulis karena tujuan tertentu, begitu juga saya. Hal kecil yang selalu memotivasi saya adalah, mimpi untuk hidup dalam setiap tulisan saya. Apapun bentuk, jenis dan gaya tulisannya, baik untuk dibaca orang lain, maupun menulis untuk diri sendiri. Hidup dalam setiap tulisan, rasa-rasanya seperti Charil Anwar dalam puisi yang berjudul “Aku”

Sastrawan legendaris itu telah berpulang, tetapi ketika membaca “Aku” seperti menghadirkan kembali penulisnya ke dunia nyata. “Aku ingin Hidup Seribu Tahun Lagi,” dan benar sebagaimana pepatah latin diatas.  Verba volant, scripta manent. Kata lisan hanya akan bertahan sekuat memory pendengarnya, tetapi kata yang tertulis pasti abadi.

Tetapi menulis pada media on line yang saya kelola ini pasti beresiko, kapan saja bisa hilang. Mungkin terhapus, atau boleh jadi dihack orang. Karena itu, ada mimpi lain yang juga sama kuatnya dengan keinginan untuk hidup dalam setiap tulisan, adalah sedapat mungkin membuat tulisan menjadi abadi.

Buku? Oh... tidak, saya punya mimpi untuk meghadirkan sebuah kitab. Yah, kitab karena buku tidak berarti kitab tetapi kitab adalah buku. Buku adalah kumpulan lembaran berbahan kertas atau jenis lainnya yang dijilid menjadi satu. Buku bisa terdapat tulisan, tetapi bisa berupa lembaran kosong, dan kiitab adalah kumpulan teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu.

Kumpulan teks yang terjilid satu itu masih sebatas mimpi. tetapi saya harap bisa mewakili saya kelak ketika saya telah tiada. Itulah yang saya maksud, Teks Membawa Saya Pulang Dari Yang Tiada Kepada Ada Yang Tiada. Dan bila Charil Anwar hanya ingin Hidup Seribu Tahun, maka Saya  Ingin Hidup Hingga Akhir Jaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar