Wangatoa, Senin 16-02-2016
Alkisah tentang sebuah kadipaten Palsu di Negara Antaberanta. di tuturkan
bahwa, akibat seringnya Bupati Kadipaten Palsu melakukan perjalanan dinas ke
luar daerah membuat sang Bupati lupa mengurus kebutuhan rakyatnya. dia (Bupati)
tak tahu kalau di kadipaten yg dia pimpin sudah banyak rakyatnya yang terserang
HIV/AIDS karena maraknya rumah hiburan malam di kotanya, dia juga tidak tahu
kalau banyak jalan yang rusak parah hingga banyak ibu hamil yang keguguran
karena goncangan mobil yang melintas di jalanan berlubang, Bupati pun tidak
tahu, jika rakyatnya mengeluh lapar karena tak mampu membeli beras, dan
setumpuk masalah lainnya.
kisah ini sampai juga ke telinga seorang wartawan ibu kota,
sang wartawan pun mengatur rencana untuk menemui orang nomor 1 di Kadipaten
palsu itu. Saat di tunggu datang, di depan ruang tunggu lapangan udara,
wartawan menemui Bupati dan mengajukan sejumlah pertanyaan tentang keluhan
rakyat.
Wartawan : "Pagi Pak Bupati, saya mohon klarifikasi
anda terkait keluhan rakyat. anda di ketahui sebagai Bupati yang sering
meninggalkan kadipaten. tingginya perjalanan dinas itu membuat rakyat anda
mengeluh, kata mereka anda tak lagi memperhatikan kebutuhan mereka. banyak
jalan dalam keadaan rusak parah, rumah sakit tak mampu layani pasien karena
kehabisan obat, angka pederita
HIV meningkat, pekerja seks berkeliaran di
setiap sudut kota,"
Bupati : "oh ya, bukankah kau tau, kalau kadipaten yang
saya pimpin ini adalah kadipaten palsu? bisa saja orang2 yang mengeluh itu
adalah orang dengan indentitas palsu," jawab Bupati sekenanya.
Wartawan : "tapi ini fakta pak, selain informasi ini
dari rakyat, saya juga mengamati langsung. banyak ibu hamil yang harus
melahirkan di tengah jalan, bahkan banyak juga yang keguguran akibat goncangan mobil
saat melintas di jalan yang berlubang. bagaimana anda menanggapi ini?"
Bupati : "hehehehe..., anda ini ada2 saja. tapi baiklah
saya akan memberitahu strategi saya. Saya menjadi bupati bukan untuk memimpin
dan mengabdi, posisi ini saya manfaatkan untuk menambah pundi2 kekayaan. untuk
itu, saya tidak harus berhenti melakukan perjalanan dinas. tidak bisa. agar
anda ketahui, saat saya tiba di kadipaten, selalu saya siapkan dua koin
seribuan. anda tau untuk apa koin itu?"
Wartawan : (kaget..dan dengan wajah heran dia bertanya)
untuk apa koin itu pak Bupati?
Bupati :...hhhhhh, (tertawa sekenanya) yah....untuk di
sumbat pada dua lubang telinga saya. aman bukan? dengan begitu saya tidak perlu
mendengar apa kata rakyat....
Wartawan :...marah sambil kunya bolpen hingga bibirnya
belepotan tinta..lalu pergi tanpa pamit....(Yogi Making)
hhhhhhh....cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada
kejadian yang sama dalam dunia nyata itu hanya kebetulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar