Wangatoa, Minggu, 21-02-2016
Cerita soal Kadipaten Palsu, memang selalu menarik untuk di
simak. Kadipaten yang di pimpin oleh sang pemimpin yang pemimpi itu selalu saja
terjadi kehebohan, dan menarik perhatian penghuninya. Walau terus mendapat
sorotan masyarkat, namun sang pemimpin malah cuek, dan berbuat semaunya.
Coba
lihat kejadian kejadian yang satu ini, satu waktu sang Bupati membuat keputusan
untuk menggeser posisi abdi kadipeten. Bukannya senang, Keputusan itu
menciptakan kemarahan rakyat.
Bukan apa-apa, abdi yang dalam benak masyarakat adalah orang
yang paling tidak memiliki
kemampuan khusus atau memiliki kecerdasan intektual
dan kecerdasan nurani diatas rata-rata agar bisa di tiru, dan mampu menjadi
contoh, ternyata berbeda dengan dengan cara berpikir sang Bupati di kadipaten
Palsu itu.
Baginya bukan soal kemampuan, yang penting adalah abdi yang
dia angkat adalah orang bisa suruh-suru, memiliki lidah panjang, dan yang
paling penting adalah bisa nyetor upeti.
Koq lidahnya panjang? Bingung kan? Yah...Karena memang, sang
Bupati di ketahui tidak suka mandi dengan air. Seperti gak nyambung
yah...hehehehe, biasa. Namanya juga kadipaten palsu, yang gak nyambung bisa di
buat nyambung...
Menurut kabar yang tersiar di kadipaten itu, agar bersih
Bupati selalu memanfaatkan lidah piaraannya, atau jika piaraan lagi kehilangan
mood, yah..para abdilah yang menggatikan tugas piaraan, cara mandi sang bupati
pun terbilang unik. Kata orang...hanya dengan di jilad.
Ih.....jadi jijik bukan? Tapi mau gimana, khusus Abdi
tertentu yang menurut kebanyak orang tidak
layak, namun bisa di pakai untuk menjilad itu yang di pilih...hehehe....jadi
gimana gitu, saat ngebayangin kalo org no 1 itu habis beol lalu manggil abdi
setianya untuk....ehehehe....saya harap kalian yang sambung dalam hati
yah......hehehehe
Kembali soal pergeseran tugas para abdi, yang membuat heboh
adalah, ketika Bupati mengangkat seoarang Abdi yang di ketahui sukanya tidur di
kebun orang bersama istri. Sepatutnya sang Abdi ini memang tak layak di sebut
petani, pasalnya dia (sang abdi) hobinya minjam kebun berikut ubi, sekaligus
minjam karung milik orang. Bahkan, belakangan di ketahui juga kalau sang petani
seolah-olah itu hobi utamanya adalah tidur bersama istri beralaskan karung goni
di lantai pondok milik orang.
Kehebohan baru itu, sampai juga ke telinga Anis. Sang petani
yang bermukim di pelosok kadipaten dan selalu tampil sok cerdas.
Ketika di tanyai pendapatnya oleh sahabat karibnya Anus. Si
Anis bukannya langsung nanggapin, eh..malah cengar-cengir kayak kuda kelaperan.
Sikapnya yang aneh bin ajaib itu memancing emosi Anus. “woi sirip, kau saya
tanya malah bikin diri kaya kuda haus,” hardik Anus yang mulai mual menahan
emosi.
“hehehehe...santai saja lagi,” sambut Anis menanggapi
hardikan sahabatnya. “teman, kau itu macam tidak tau kelakuan itu orang
(maksudnya Bupati), yah...dia kalau pilih abdi tidak pake pertimbangan
macam-macam, yang kriterianya abdi itu minimal sama dengan dia,” sambung Anis
santai.
“ah...sama apa? Sama-sama laki-laki, sama-sama palsu,
sama-sama...” Anus berhenti sejenak. Nafasnya di tarik panjang, bibirnya
terlihat gemetar tanda sedang menahan birahi..eh, salah memendam marah...hehehe
“Ya..sama-sama laki-laki, yang suka cari ubi ke kebun orang
lah. Eh...ini yang kau tidak tahu, makan ubi dari kebun orang tuh, lebih enak
menantang, sensasi bro...huhhhhhh,” canda Anis.
“ah...kau ini pasti pernah coba kerja kebun orang laen,
makan ubi orang, dan tidur di pondok, makanya, kau begitu semangat dan matamu
kelihatan sayup begitu...hhhhhh,” balas Anus tak kalah seruh.
Kasak-kusuk kedua sahabat itu akhirnya berhenti, ketika Ina
Lila Istri Anis, tiba-tiba muncul di hadadapan keduanya.
“Kamu dua ini seperti orang pacaran yang lama tidak bertemu,
kelihatan mesrah dan omong sambil senyam-senyum,” kata Lila menyelah diskusi
dua sahabat kampung itu.
“hahaha...tidak mama, ini si Anus curhat, katanya semalam
dia tidak dapat jatah. Hehehehe.....” sambung Anis seakan menjawab kebingungan
sang istri, sementara Anus cengar-cengir, wajahnya terlihat merah, karena di
ejek sahabatnya karibnya.
Belum sempat dia membalas ejekan, Si Anis sudah keburu
menggandeng istrinya pulang. “Ayo ma...kita pulang tuntaskan niat kita yang
tadi pagi tidak kesampaen,...bro, besok kita sambung yah,” pamit Anis membuat
Anus kesal. (Yogi Making)
Catatan : Cerita ini hanyalah fiksi. Bila ada kejadian, nama
dan tempat yang sama dengan dunia nyata, itu hanyalah sebuah kebetulan
belaka.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar