Minggu, 28 Februari 2016

Lidah Panjang dan Mampu Setor Upeti, Adalah Kriteria Abdi Di Kadipaten Palsu

Wangatoa, Minggu, 21-02-2016

Cerita soal Kadipaten Palsu, memang selalu menarik untuk di simak. Kadipaten yang di pimpin oleh sang pemimpin yang pemimpi itu selalu saja terjadi kehebohan, dan menarik perhatian penghuninya. Walau terus mendapat sorotan masyarkat, namun sang pemimpin malah cuek, dan berbuat semaunya. 

Coba lihat kejadian kejadian yang satu ini, satu waktu sang Bupati membuat keputusan untuk menggeser posisi abdi kadipeten. Bukannya senang, Keputusan itu menciptakan kemarahan rakyat.

Bukan apa-apa, abdi yang dalam benak masyarakat adalah orang yang paling tidak memiliki 
kemampuan khusus atau memiliki kecerdasan intektual dan kecerdasan nurani diatas rata-rata agar bisa di tiru, dan mampu menjadi contoh, ternyata berbeda dengan dengan cara berpikir sang Bupati di kadipaten Palsu itu.

Baginya bukan soal kemampuan, yang penting adalah abdi yang dia angkat adalah orang bisa suruh-suru, memiliki lidah panjang, dan yang paling penting adalah bisa nyetor upeti.

Koq lidahnya panjang? Bingung kan? Yah...Karena memang, sang Bupati di ketahui tidak suka mandi dengan air. Seperti gak nyambung yah...hehehehe, biasa. Namanya juga kadipaten palsu, yang gak nyambung bisa di buat nyambung...

Menurut kabar yang tersiar di kadipaten itu, agar bersih Bupati selalu memanfaatkan lidah piaraannya, atau jika piaraan lagi kehilangan mood, yah..para abdilah yang menggatikan tugas piaraan, cara mandi sang bupati pun terbilang unik. Kata orang...hanya dengan di jilad.

Ih.....jadi jijik bukan? Tapi mau gimana, khusus Abdi tertentu yang  menurut kebanyak orang tidak layak, namun bisa di pakai untuk menjilad itu yang di pilih...hehehe....jadi gimana gitu, saat ngebayangin kalo org no 1 itu habis beol lalu manggil abdi setianya untuk....ehehehe....saya harap kalian yang sambung dalam hati yah......hehehehe

Kembali soal pergeseran tugas para abdi, yang membuat heboh adalah, ketika Bupati mengangkat seoarang Abdi yang di ketahui sukanya tidur di kebun orang bersama istri. Sepatutnya sang Abdi ini memang tak layak di sebut petani, pasalnya dia (sang abdi) hobinya minjam kebun berikut ubi, sekaligus minjam karung milik orang. Bahkan, belakangan di ketahui juga kalau sang petani seolah-olah itu hobi utamanya adalah tidur bersama istri beralaskan karung goni di lantai pondok milik orang.

Kehebohan baru itu, sampai juga ke telinga Anis. Sang petani yang bermukim di pelosok kadipaten dan selalu tampil sok cerdas.

Ketika di tanyai pendapatnya oleh sahabat karibnya Anus. Si Anis bukannya langsung nanggapin, eh..malah cengar-cengir kayak kuda kelaperan. Sikapnya yang aneh bin ajaib itu memancing emosi Anus. “woi sirip, kau saya tanya malah bikin diri kaya kuda haus,” hardik Anus yang mulai mual menahan emosi.

“hehehehe...santai saja lagi,” sambut Anis menanggapi hardikan sahabatnya. “teman, kau itu macam tidak tau kelakuan itu orang (maksudnya Bupati), yah...dia kalau pilih abdi tidak pake pertimbangan macam-macam, yang kriterianya abdi itu minimal sama dengan dia,” sambung Anis santai.
“ah...sama apa? Sama-sama laki-laki, sama-sama palsu, sama-sama...” Anus berhenti sejenak. Nafasnya di tarik panjang, bibirnya terlihat gemetar tanda sedang menahan birahi..eh, salah memendam marah...hehehe

“Ya..sama-sama laki-laki, yang suka cari ubi ke kebun orang lah. Eh...ini yang kau tidak tahu, makan ubi dari kebun orang tuh, lebih enak menantang, sensasi bro...huhhhhhh,” canda Anis.
“ah...kau ini pasti pernah coba kerja kebun orang laen, makan ubi orang, dan tidur di pondok, makanya, kau begitu semangat dan matamu kelihatan sayup begitu...hhhhhh,” balas Anus tak kalah seruh.

Kasak-kusuk kedua sahabat itu akhirnya berhenti, ketika Ina Lila Istri Anis, tiba-tiba muncul di hadadapan keduanya.

“Kamu dua ini seperti orang pacaran yang lama tidak bertemu, kelihatan mesrah dan omong sambil senyam-senyum,” kata Lila menyelah diskusi dua sahabat kampung itu.

“hahaha...tidak mama, ini si Anus curhat, katanya semalam dia tidak dapat jatah. Hehehehe.....” sambung Anis seakan menjawab kebingungan sang istri, sementara Anus cengar-cengir, wajahnya terlihat merah, karena di ejek sahabatnya karibnya.

Belum sempat dia membalas ejekan, Si Anis sudah keburu menggandeng istrinya pulang. “Ayo ma...kita pulang tuntaskan niat kita yang tadi pagi tidak kesampaen,...bro, besok kita sambung yah,” pamit Anis membuat Anus kesal. (Yogi Making)


Catatan : Cerita ini hanyalah fiksi. Bila ada kejadian, nama dan tempat yang sama dengan dunia nyata, itu hanyalah sebuah kebetulan belaka..... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar