Kamis, 01 September 2016

Dendam Lelaki Kampung


Lima tahun silam
Saat kau datang dengan dandanan seksi
Gaun tipis membalut tubuh
Kemolekan yang memesona

Merangsang setiap mata yang memandang
Begitu memikat,
Kau menjanjikan klimaks pada ilalang yang kering diantara pematang sawah
Dan pada ikan-ikan yang merindukan laut

Pun pada lelaki yang merindu liang
Dan pada perempuan yang ingin meraih tongkat kenikmatan
Memberi hangat pada dingin yang liar
Menyulut api pada pada sekam yang menumpuk

Disini lima tahun silam
Kau bagai pelacur kota yang haus kenikmatan
Menggelayut mesra pada lengan-lengan kekar lelaki kampung
Dan ku dengar desah nafasmu memburu saat tangan kekar itu menggerayang

Kau ingin senggama
Di tengah kami sibuk beronani
Dan paha mulusmu kau sediakan buat lelaki kampung
Tempuling sudah ku asah

Sungguh sebuah kenikmatan yang kau janji
Kami merindu air tetapi kau menjanji madu
Memberi terang pada pekatnya malam
Bangkitkan semangat pada asa yang layu

Oh…Lima tahun adalah waktu yang cukup
Mestinya kita telah bersenggama
Dan tempuling lelaki kampung itu harusnya sudah merobek rahimu
Membuahinya, agar lahir generasi baru sebagai lambang kebahagiaan

Namun ketika aku sedang terbuai janji
Kau pergi, padahal paha mulusmu belum ku elus
Dan  liang kenikmatan itu belum kutembusi dengan tempuling pelaut lamalera
Kau pergi, sebelum tangan kekarku merobek kutang yang membalut bukit

Oh…ternyata aku teralu sibuk bermimpi untuk membuahi rahimu
Padahal tanganku terus bergerak mengocok kemaluanku sendiri
Aku beronani, mendesah diantara himpitan dinding kamar mandiku
Dan semakin terlena saat lendir kenikmatan melesak bagai panah menembus jantung

Kau pandai bermain kata, hingga akupun larut dalam janji
Pinggul seksimu mampu membuatku terlena
Dan lima tahun itu aku tertidur dalam lamunanku
Berhayal bila kita mencapai nikmat bersama

Ah..pelacur kota, aku tersadar kala mani terakhir menetes
Dan terperangah melihat tubuh telanjangku, karena pakain sudah kau lucuti
Aku malu pada kecoak kamar mandi, nyamuk dan sisa sabun yang ku beli
Aku sedih saat kudapati air kenikmatan itu menghambur diantara kloset

Rupanya kau pelacur kota,
Saat aku terbuai kenikmatan, kau datang merampas harta ayahku
Mencuri warisan moyangku
Kau pergi tanpa mengibas sisa debu di telapak mulusmu

Marahku menjadi-jadi saat mendapati tangan masih menggenggam kemaluanku
Sementara harta moyangku sudah kau ambil tanpa sekalipun aku melawan
Ah…pelacur kota, disini di tanah moyangku aku menantimu kembali
Ingin ku bayar seluruh utang kesalahan masa lalu

Ah…pelacur kota
Aku rindu memperkosamu,
Merobek selangkanganmu dengan tempuling
Dan membiarkan dagingmu di koyak anjing piaraanku

Yogi Making

Wangatoa, 29/8/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar